Melansir laman halodoc.com, bullying merupakan salah satu faktor penyebab gangguan kesehatan mental. Ketika seseorang mengalami perundungan, mereka cenderung merasa stress atau depresi.
Selain stres hingga depresi, baik orang dewasa maupun anak-anak akan mengalami hal-hal di bawah ini sebagai dampak negatif bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.
1. Masalah Psikologis
Korban bully sering kali menunjukkan adanya gejala masalah psikologis. Bahkan setelah perundungan berlangsung dan lama berlalu.
Kondisi yang paling sering muncul adalah depresi dan gangguan kecemasan. Selain itu, pengaruh bullying terhadap kesehatan mental remaja dan anak adalah merasa sangat sedih, rendah diri, kesepian, hilang minat pada hal yang biasa mereka sukai, dan perubahan pada pola tidur atau makan.
Efek bullying juga bisa menyebabkan gejala psikosomatis, yaitu masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik. Hal ini tidak hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga anak-anak.
Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak akan merasa sakit perut dan sakit kepala meski secara fisik tidak ada yang salah di tubuhnya.
2. Masalah Fisik
Selain psikis, tindakan bullying bisa memengaruhi kondisi tubuh terutama bagi korban yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti luka dan memar. Bullying juga turut memicu stres berkepanjangan, sehingga berisiko menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, di antaranya penurunan daya tahan tubuh, sakit kepala, dan gangguan pencernaan.
Perilaku ini pun dapat memperburuk kondisi anak yang telah memiliki riwayat masalah kesehatan sebelumnya, seperti gangguan jantung atau penyakit kulit.
3. Sulit Percaya Orang Lain
Dampak negatif bullying bagi korban selanjutnya adalah akan sulit mempercayai orang-orang disekitarnya atau trust issue. Kondisi ini rentan dialami oleh korban bullying karena mereka khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk kembali bila menaruh kepercayaan terhadap orang lain.
Bahkan, bila tidak segera diatasi, korban bullying yang mengalami trust issue cenderung akan menutup dirinya dan enggan bersosialisasi dengan orang lain.
4. Pikiran untuk Bunuh Diri
Dampak bullying bagi korban yang satu ini tidak hanya bisa menghampiri pikiran orang dewasa. Korban bullying berusia anak-anak dan remaja pun berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.
Tidak jarang ada laporan kejadian tentang anak berusia sekolah yang meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-teman sebayanya
5. Gangguan prestasi Dampak dari bullying lainnya adalah anak cenderung akan mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi belajar. Mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang ada di sekolah.
6. Pikiran untuk Balas Dendam Dampak negatif bullying terhadap psikologi korban berikutnya adalah memiliki pikiran untuk balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan kekerasan pada orang lain untuk melimpahkan kekesalannya.
Dampak Negatif Bullying Bagi Pelaku
Seperti telah disinggung sebelumnya, dampak negatif bullying juga dirasakan oleh pelaku perundungan. Sebab terkadang saat kasus bullying terjadi, umumnya orang akan menganggap bahwa pelaku bullying adalah orang yang jahat.
Sebenarnya, tidak semua pelaku bully melakukan perundungan karena keinginannya. Beberapa orang bahkan tidak paham bahwa yang dilakukannya adalah tindakan bullying.
LALU MENGAPA SESEORANG BISA MEMBULLY?
1. Kurang Empati
Pelaku bullying cenderung tidak memiliki empati terhadap orang lain. Hal ini karena mereka telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
Akibatnya, mereka mungkin tidak dapat memahami perasaan orang lain dan tidak peduli dengan konsekuensi tindakan mereka.
2. Kecenderungan untuk Melakukan Kekerasan
Pelaku bullying lebih mungkin melakukan kekerasan di masa depan. Hal ini karena mereka telah belajar bahwa kekerasan adalah cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Kecenderungan ini dapat berdampak negatif pada kehidupan mereka, baik secara personal maupun profesional.
3. Masalah Perilaku
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami masalah perilaku, seperti agresi, kenakalan, dan masalah hukum. Hal ini karena mereka telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
4. Gangguan Kesehatan Mental
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan kepribadian. Gangguan kesehatan mental ini dapat berdampak negatif pada kehidupan mereka, baik secara personal maupun profesional.
5. Kesulitan Dalam Menjalin Hubungan
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini karena mereka telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Akibatnya, mereka mungkin akan sulit untuk membangun hubungan yang sehat dan langgeng.
6. Masalah Dalam Pekerjaan
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami masalah dalam pekerjaan, seperti dipecat atau dipindahtugaskan. Hal ini karena perilaku mereka dapat mengganggu pekerjaan dan membuat lingkungan kerja menjadi tidak nyaman.
Hate Speech
Jakarta, CNN Indonesia --
“Sudah gendut, jelek, narsis lagi. Jijik.”“Orang seperti ini lebih baik musnah sajalah,”“Sampah masyarakat, tidak berguna, lebih baik mati saja.”Merasa familiar dengan komentar-komentar seperti itu? Di era serba teknologi seperti sekarang, rasanya sering sekali kita menemukan perkataan jahat dan penuh kebencian dari dan untuk orang yang tidak saling mengenal di dunia maya. Kadang kita sampai bertanya-tanya, apa sih yang pernah mereka lakukan terhadap orang itu? Kok, komentarnya jahat sekali?
Bentuk cyberbullying yang pasti kita temui ketika menelusuri media sosial, salah satunya yaitu komentar jahat. Apa yang dimaksud dengan komentar jahat? Taufan Teguh Akbari, M.Si, Dekan Business Studies LSPR Jakarta dan founder Rumah Millennials menyebutkan komentar jahat adalah komentar yang sengaja ditujukan kepada target untuk merendahkan harga diri target tersebut dan untuk menjatuhkan secara psikis. Menurutnya, komentar jahat memang digunakan untuk menghina, merendahkan, membuat orang atau target merasa sakit.“Bentuk dari komentar jahat bisa berupa ejekan, hinaan, label-label negatif, sesuatu yg terkait dengan harga diri misalkan murahan, SKSD, sok gaul, sok cantik, muka operasi plastik, dan lain-lain yg memang sengaja, yang sifatnya untuk menjatuhkan,” kata Taufan.
Ada beberapa alasan yang membuat seseorang menjadi target komentar jahat. Kasus yang sering dilihat oleh Taufan, yaitu masalah hubungan asmara. Misalkan ada laki-laki yang diidolakan di satu sekolah atau kampus, dan ada satu anak perempuan yang dekat dengan laki-laki tersebut. Kemudian teman-teman di sekitarnya tidak suka, dan dikirimkanlah ancaman-ancaman dan komentar-komentar yang menjatuhkan dan menyebabkan psikis anak ini sakit dan rusak hubungannya dengan laki-laki tersebut.Selain itu, target komentar jahat biasanya seseorang yang memoles make-up berlebihan, fashion yang lebay, terlalu narsis di media sosial, pencitraan, pamer barang-barang branded, overexposed, dan lain-lain. Faktor fisik juga dapat menjadi alasan orang dihujani komentar-komentar jahat, seperti terlalu kurus, terlalu gendut, terlalu jelek, dan (percaya tidak percaya) karena terlalu cantik.
Netizen merasa aman karena dirinya tidak diketahui oleh korban, dan tidak sadar bahwa hal itu merugikan orang lain,” ujar Taufan. Ia melanjutkan, sebenarnya hal ini bisa dituntut atas pencemaran nama baik dan hate speech, dan bisa dipidanakan karena UU ITE atau Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.Baca artikel CNN Indonesia "Maraknya Komentar Jahat di Media Sosial" selengkapnya di sini: .